Aisyah رضي الله عنه pernah berkata,
“Sungguh kalian melupakan ibadah yang paling utama, yaitu amalan hati .”
Ibnul Qayyim menyatakan, bahwa amaliyah tidak diukur dari tinggi rendahnya kualitas oleh bentuk dan jumlahnya, tetapi hanya diukur dengan apa yang ada didalam hati.
Bisa jadi bentuk amalannya sama tetapi kulitas dihadapan Allah bagaikan jarak langit dan bumi.
Kualitas batin suatu amaliyah sangat memilih nilai amalan itu sendiri, walaupun ini bukan berarti tata cara (kaifiyah) bersedekah dan beribadah diabaikan...
Dan ibadah dan perbuatan baik, tidak hanya sebatas gerak fisik, namun substansinya terletak pada kualitas hati.
Dari an-Nu’man bin Basyir dia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda:
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh insan ada segumpal daging, jikalau segumpal itu baik maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jikalau segumpal daging itu jelek maka akan jelek seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu yakni hati manusia”.
Hadits yang agung ini mengatakan besarnya keutamaan memperbaiki amalan hati, sebab kebaikan dan keburukan seluruh anggota tubuh mengikuti kebaikan dan keburukan hati manusia
Dalam hadits lain yang semakna, Rasulullah bersabda: “Takwa itu (terletak) di sini”, dan dia menunjuk ke dada (hati) dia tiga kali
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
- Yang dimaksud dengan amalan hati yakni cinta, takut, berharap, berserah diri, yakin, ridha dan lain-lain, yang semua ini tidak pantas diserahkan kecuali kepada Allah semata-mata.
- Mengusahakan perbaikan amalan hati lebih wajib bagi seorang hamba daripada amalan anggota badan, sebab amalan hati inilah yang membedakan orang-orang yang benar dalam keimanannya dari orang-orang yang dusta (munafik)
- Imam an-Nawawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat (anjuran) yang berpengaruh untuk (selalu) mengusahakan perbaikan (amalan) hati dan menjaganya dari kerusakan (keburukan)
- Imam Ibnul Qayyim berkata: “Ketahuilah, sesungguhnya seorang hamba hanyalah bisa melalui tahapan-tahapan perjalanan menuju (ridha) Allah dengan hati dan keinginannya yang kuat, bukan (cuma sekedar) dengan (perbuatan) anggota badannya. Dan takwa yang hakiki yakni takwa (dalam) hati dan bukan takwa (pada) anggota tubuh (saja).
Allah berfirman: “Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa yang mengagungkan syi’ar-syi’ar (perintah dan larangan) Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan (dalam) hati” (QS al-Hajj:32)
(Dalam ayat lain) Allah berfirman
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak sanggup mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang sanggup mencapainya” (QS al-Hajj:32)”
Lihatlah contohnya orang-orang munafik di jaman Rasulullah, mereka menampakkan Islam secara lahir, dengan tujuan untuk melindungi diri mereka dari kaum muslimin, padahal dalam hati mereka tersimpan kekafiran dan kebencian yang besar terhadap agama Islam.
Ketika menjelaskan makna hadits kedua di atas, imam an-Nawawi berkata:
“Artinya: sesungguhnya amalan perbuatan yang tampak (pada anggota badan) tidaklah (mesti) mengatakan adanya takwa (yang hakiki pada diri seseorang), akan tetapi takwa (yang sebenarnya) terwujud pada apa yang terdapat dalam hati (manusia), berupa pengagungan, ketakutan dan (selalu) mencicipi pengawasan Allah”
- Hati insan yakni menyerupai raja, sedangkan seluruh anggota tubuh menyerupai bala tentaranya, mereka semua taat kepada sang raja dan tidak berani menyelisihi perintahnya. Maka kalau sang raja baik berarti semua bala tentaranya akan baik dan kalau dia jelek berarti semua bala tentaranya akan buruk
Allah tidak akan mendapatkan seorang yang menghadap-Nya kecuali dengan membawa hati yang selamat (bersih), sebagaimana dalam firman-Nya: Yaitu) di hari harta dan bawah umur tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (QS asy-Syu’araa’: 89).
Hati yang higienis yakni hati yang hanya dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah dan segala sesuatu yang dicintai-Nya, serta rasa takut kepada-Nya dan takut terjerumus kepada segala sesuatu yang dibenci-Nya
Wallahu a'lam bishawab
Abdullah bin Taslim al-Buthoni
0 Response to ":: Utamanya Amalan Hati"