Hadits Shahih Bukhari (صحيح البخارى) nomor 1 hingga dengan nomor 6, di dalam kitab Bad'il Wahyu (permulaan turunnya wahyu) mengambarkan ihwal bagaimana Rasulullah mendapatkan wahyu dari Allah SWT.
Terjemahan Hadits shahih bukhari no.1
Telah menceritakan kepada kami [Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair] dia berkata, Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id Al Anshari] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Ibrahim At Taimi], bahwa dia pernah mendengar [Alqamah bin Waqash Al Laitsi] berkata; saya pernah mendengar [Umar bin Al Khaththab] diatas mimbar berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya lantaran dunia yang ingin digapainya atau lantaran seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya ialah kepada apa dia diniatkan'.
Hadits Shahih Bukhari no. 2
Terjemahan hadits shahih bukhari no. 2
Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Malik] dari [Hisyam bin 'Urwah] dari [bapaknya] dari [Aisyah] Ibu Kaum Mu'minin, bahwa Al Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: 'Wahai Rasulullah, bagaimana caranya wahyu turun kepada engkau?' Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Terkadang tiba kepadaku mirip bunyi gemerincing lonceng dan cara ini yang paling berat buatku, kemudian terhenti sehingga saya sanggup mengerti apa yang disampaikan. Dan terkadang tiba Malaikat mirip seorang pria kemudian berbicara kepadaku maka saya ikuti apa yang diucapkannya'. Aisyah berkata: 'Sungguh saya pernah melihat turunnya wahyu kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari yang sangat hambar kemudian terhenti, dan saya lihat dahi Beliau mengucurkan keringat.'
Hadits Shahih Bukhari no. 3
Terjemahan hadits shahih bukhari no. 3
Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] berkata, Telah menceritakan kepada kami dari [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] dari ['Urwah bin Az Zubair] dari [Aisyah] -Ibu Kaum Mu'minin-, sesungguhnya dia berkata: 'Permulaaan wahyu yang tiba kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ialah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali tiba mirip cahaya subuh. Kemudian Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri, kemudian Beliau menentukan gua Hiro dan bertahannuts yaitu 'ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal untuk bertahannuts kembali. Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai alhasil tiba Al Haq dikala Beliau di gua Hiro, Malaikat tiba seraya berkata: 'Bacalah?' Beliau menjawab: 'Aku tidak bisa baca'. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan: Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat besar lengan berkuasa kemudian melepaskanku dan berkata lagi: 'Bacalah!' Beliau menjawab: 'Aku tidak bisa baca'. Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat besar lengan berkuasa kemudian melepaskanku dan berkata lagi: 'Bacalah!'. Beliau menjawab: 'Aku tidak bisa baca'. Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat besar lengan berkuasa kemudian melepaskanku, dan berkata lagi: (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah membuat insan dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah).' Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kembali kepada keluarganya dengan membawa kalimat wahyu tadi dalam keadaan gelisah. Beliau menemui Khadijah binti Khawailidh seraya berkata: 'Selimuti aku, selimuti aku!'. Beliau pun diselimuti hingga hilang ketakutannya. Lalu Beliau menceritakan insiden yang terjadi kepada Khadijah: 'Aku mengkhawatirkan diriku'. Maka Khadijah berkata: 'Demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu selamanya, lantaran engkau ialah orang yang menyambung silaturrahim.' Khadijah kemudian mengajak Beliau untuk bertemu dengan Waroqoh bin Naufal bin Asad bin Abdul 'Uzza, putra paman Khadijah, yang beragama Katolik di masa Jahiliyyah, dia juga menulis buku dalam bahasa Ibrani, juga menulis Kitab Bibel dalam Bahasa Ibrani dengan izin Allah. Saat itu Waroqoh sudah renta dan matanya buta. Khadijah berkata: 'Wahai putra pamanku, dengarkanlah apa yang akan disampaikan oleh putra saudaramu ini'. Waroqoh berkata: 'Wahai putra saudaraku, apa yang sudah kau alami'. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menuturkan insiden yang dialaminya. Waroqoh berkata: 'Ini ialah Namus, mirip yang pernah Allah turunkan kepada Musa. Duhai seandainya saya masih muda dan saya masih hidup dikala kau nanti diusir oleh kaummu'. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: 'Apakah saya akan diusir mereka?' Waroqoh menjawab: 'Iya. Karena tidak ada satu orang pun yang tiba dengan membawa mirip apa yang kau bawa ini kecuali akan disakiti (dimusuhi). Seandainya saya ada dikala insiden itu, pasti saya akan menolongmu dengan sekemampuanku'. Waroqoh tidak mengalami insiden yang diyakininya tersebut lantaran lebih dahulu meninggal dunia pada masa fatroh (kekosongan) wahyu. [Ibnu Syihab] berkata; telah mengabarkan kepadaku [Abu Salamah bin Abdurrahman] bahwa [Jabir bin Abdullah Al Anshari] bertutur ihwal kekosongan wahyu, sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ceritakan: 'Ketika sedang berjalan saya mendengar bunyi dari langit, saya memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah tiba kepadaku di gua Hiro, duduk di atas dingklik antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan dan pulang, dan berkata: 'Selimuti aku. Selimuti aku'. Maka Allah Ta'ala menurunkan wahyu: (Wahai orang yang berselimut) hingga firman Allah (dan berhala-berhala tinggalkanlah). Sejak dikala itu wahyu terus turun berkesinambungan.' Hadits ini juga diriwayatkan oleh [Abdullah bin Yusuf] dan [Abu Shalih] juga oleh [Hilal bin Raddad] dari [Az Zuhri]. Dan [Yunus] berkata; dan [Ma'mar] menyepakati bahwa dia mendapatkannya dari Az Zuhri.
Hadits Shahih Bukhari no. 4
Terjemahan hadits shahih bukhari no. 4
Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma'il] dia berkata, Telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Abu Aisyah] berkata, Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu 'Abbas] ihwal firman Allah Ta'ala: (Janganlah kau gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Alquran lantaran hendak cepat-cepat ingin (menguasainya).' Berkata Ibnu 'Abbas: 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat besar lengan berkuasa keinginannya untuk menghafalkan apa yang diturunkan (Al Qur'an) dan menggerak-gerakkan kedua bibir Beliau.' Berkata Ibnu 'Abbas: 'aku akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) kepada kalian sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukannya kepadaku'. Berkata Sa'id: 'Dan saya akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) kepada kalian sebagaimana saya melihat Ibnu 'Abbas melakukannya. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menggerakkan kedua bibirnya, Kemudian turunlah firman Allah Ta'ala: Janganlah kau gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Alquran lantaran hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya'. Maksudnya Allah mengumpulkannya di dalam dadamu (untuk dihafalkan) dan kemudian kau membacanya: 'Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu'. Maksudnya: 'Dengarkanlah dan diamlah'. Kemudian Allah Ta'ala berfirman: 'Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. Maksudnya: 'Dan Kewajiban Kamilah untuk membacakannya' Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam semenjak dikala itu bila Jibril 'Alaihis Salam tiba kepadanya, Beliau mendengarkannya. Dan bila Jibril 'Alaihis Salam sudah pergi, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membacakannya (kepada para sahabat) sebagaimana Jibril 'Alaihis Salam membacakannya kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam.
Hadits Shahih Bukhari no. 5
Terjemahan hadits shahih Bukhari no. 5
Telah menceritakan kepada kami [Abdan] dia berkata, telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Yunus] dari [Az Zuhri] dan dengan riwayat yang sama, telah menceritakan pula kepada kami [Bisyir bin Muhammad] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Yunus] dan [Ma'mar] dari [Az Zuhri] mirip lainnya berkata, telah mengabarkan kepada kami [Ubaidullah bin Abdullah] dari [Ibnu 'Abbas] berkata, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ialah insan yang paling lembut terutama pada bulan Ramadlan ketika malaikat Jibril 'Alaihis Salam menemuinya, dan ialah Jibril 'Alaihis Salam mendatanginya setiap malam di bulan Ramadlan, dimana Jibril 'Alaihis Salam mengajarkan Al Qur'an. Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jauh lebih lembut daripada angin yang berhembus.
Hadits Shahih Bukhari no. 6
Terjemahan hadits shahih bukhari no. 6
Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman Al Hakam bin Nafi'] dia berkata, telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] telah mengabarkan kepadaku [Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud] bahwa [Abdullah bin 'Abbas] telah mengabarkan kepadanya bahwa [Abu Sufyan bin Harb] telah mengabarkan kepadanya; bahwa Heraclius mendapatkan rombongan dagang Quraisy, yang sedang mengadakan ekspedisi dagang ke Negeri Syam pada dikala berlakunya perjanjian antara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy. Saat singgah di Iliya' mereka menemui Heraclius atas undangan Heraclius untuk di diajak obrolan di majelisnya, yang dikala itu Heraclius bersama dengan para pembesar-pembesar Negeri Romawi. Heraclius berbicara dengan mereka melalui penerjemah. Heraclius berkata; 'Siapa diantara kalian yang paling erat korelasi keluarganya dengan orang yang mengaku sebagai Nabi itu?.' Abu Sufyan berkata; maka saya menjawab; 'Akulah yang paling erat korelasi kekeluargaannya dengan dia'. Heraclius berkata; 'Dekatkanlah dia denganku dan juga sahabat-sahabatnya.' Maka mereka meletakkan orang-orang Quraisy berada di belakang Abu Sufyan. Lalu Heraclius berkata melalui penerjemahnya: 'Katakan kepadanya, bahwa saya bertanya kepadanya ihwal lelaki yang mengaku sebagai Nabi. Jika ia berdusta kepadaku maka kalian harus mendustakannya.'Demi Allah, kalau bukan rasa malu akhir tudingan pendusta yang akan mereka lontarkan kepadaku pasti saya berdusta kepadanya.' Abu Sufyan berkata; Maka yang pertama ditanyakannya kepadaku tentangnya (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) adalah: 'bagaimana kedudukan nasabnya ditengah-tengah kalian?' Aku jawab: 'Dia ialah dari keturunan baik-baik (bangsawan) '. Tanyanya lagi: 'Apakah ada orang lain yang pernah mengatakannya sebelum dia?' Aku jawab: 'Tidak ada'. Tanyanya lagi: 'Apakah bapaknya seorang raja?' Jawabku: 'Bukan'. Apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah?' Jawabku: 'Bahkan yang mengikutinya ialah orang-orang yang rendah'. Dia bertanya lagi: 'Apakah bertambah pengikutnya atau berkurang?' Aku jawab: 'Bertambah'. Dia bertanya lagi: 'Apakah ada yang murtad disebabkan dongkol terhadap agamanya?' Aku jawab: 'Tidak ada'. Dia bertanya lagi: 'Apakah kalian pernah mendapatkannya dia berdusta sebelum dia memberikan apa yang dikatakannya itu?' Aku jawab: 'Tidak pernah'. Dia bertanya lagi: 'Apakah dia pernah berlaku curang?' Aku jawab: 'Tidak pernah. Ketika kami bergaul dengannya, dia tidak pernah melaksanakan itu'. Berkata Abu Sufyan: 'Aku mustahil memberikan selain ucapan mirip ini'. Dia bertanya lagi: 'Apakah kalian memeranginya?' Aku jawab: 'Iya'. Dia bertanya lagi: 'Bagaimana kesudahan perang tersebut?' Aku jawab: 'Perang antara kami dan dia sangat banyak. Terkadang dia mengalahkan kami terkadang kami yang mengalahkan dia'. Dia bertanya lagi: 'Apa yang diperintahkannya kepada kalian?' Aku jawab: 'Dia menyuruh kami; 'Sembahlah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan tinggalkan apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian. ' Dia juga memerintahkan kami untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim'. Maka Heraclius berkata kepada penerjemahnya: 'Katakan kepadanya, bahwa saya telah bertanya kepadamu ihwal keturunan orang itu, kau ceritakan bahwa orang itu dari keturunan bangsawan. Begitu juga pria itu dibangkitkan di tengah keturunan kaumnya. Dan saya tanya kepadamu apakah pernah ada orang sebelumnya yang menyampaikan mirip yang dikatakannya, kau jawab tidak. Seandainya dikatakan ada orang sebelumnya yang mengatakannya tentu kuanggap orang ini memalsukan orang sebelumnya yang pernah menyampaikan hal serupa. Aku tanyakan juga kepadamu apakah bapaknya ada yang dari keturunan raja, maka kau jawab tidak. Aku katakan seandainya bapaknya dari keturunan raja, tentu orang ini sedang menuntut kerajaan bapaknya. Dan saya tanyakan juga kepadamu apakah kalian pernah mendapatkan dia berdusta sebelum dia memberikan apa yang dikatakannya, kau menjawabnya tidak. Sungguh saya memahami, kalau kepada insan saja dia tidak berani berdusta apalagi berdusta kepada Allah. Dan saya juga telah bertanya kepadamu, apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah?' Kamu menjawab orang-orang yang rendah yang mengikutinya. Memang mereka itulah yang menjadi para pengikut Rasul. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah bertambah pengikutnya atau berkurang, kau menjawabnya bertambah. Dan memang begitulah kasus keyakinan hingga menjadi sempurna. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah ada yang murtad disebabkan murka terhadap agamanya. Kamu menjawab tidak ada. Dan memang begitulah keyakinan bila telah masuk tumbuh bersemi di dalam hati. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah dia pernah berlaku curang, kau jawab tidak pernah. Dan memang begitulah para Rasul mustahil curang. Dan saya juga sudah bertanya kepadamu apa yang diperintahkannya kepada kalian, kau jawab dia memerintahkan kalian untuk menyembah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan melarang kalian menyembah berhala, dia juga memerintahkan kalian untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim. Seandainya semua apa yang kau katakan ini benar, pasti dia akan menguasai kerajaan yang ada di bawah kakiku ini. Sungguh saya telah menduga bahwa dia tidak ada diantara kalian kini ini, seandainya saya tahu jalan untuk bisa menemuinya, tentu saya akan berusaha keras menemuinya hingga bila saya sudah berada di sisinya pasti saya akan cuci kedua kakinya. Kemudian Heraclius meminta surat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang dibawa oleh Dihyah untuk para Penguasa Negeri Bashrah, Maka diberikannya surat itu kepada Heraclius, maka dibacanya dan isinya berbunyi: 'Bismillahir rahmanir rahim. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya untuk Heraclius. Penguasa Romawi, Keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Kemudian daripada itu, saya mengajakmu dengan undangan Islam; masuk Islamlah kamu, maka kau akan selamat, Allah akan memberi pahala kepadamu dua kali. Namun jikalau kau berpaling, maka kau menanggung dosa rakyat kamu, dan: Hai andal kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menimbulkan sebagian yang lain sebagai Rabb selain Allah'. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah, bahwa kami ialah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).' Abu Sufyan menuturkan: 'Setelah Heraclius memberikan apa yang dikatakannya dan selesai membaca surat tersebut, terjadilah hiruk pikuk dan suara-suara ribut, sehingga mengusir kami. Aku berkata kepada teman-temanku sehabis kami diusir keluar; 'sungguh dia telah diajak kepada urusan Anak Abu Kabsyah. Heraclius mengkhawatirkan kerajaan Romawi.'Pada masa itupun saya juga khawatir bahwa Muhammad akan berjaya, hingga alhasil (perasaan itu hilang setelah) Allah memasukkan saya ke dalam Islam. Dan ialah Ibnu An Nazhur, seorang Pembesar Iliya' dan Heraclius ialah seorang uskup agama Nashrani, dia menceritakan bahwa pada suatu hari ketika Heraclius mengunjungi Iliya' dia sangat gelisah, berkata sebagian komandan perangnya: 'Sungguh kami mengingkari keadaanmu. Selanjutnya kata Ibnu Nazhhur, 'Heraclius ialah spesialis nujum yang selalu memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya kepadanya; 'Pada suatu malam ketika saya mengamati perjalanan bintang-bintang, saya melihat raja Khitan telah lahir, siapakah di antara ummat ini yang di khitan?' Jawab para pendeta; 'Yang berkhitan hanyalah orang-orang Yahudi, janganlah anda risau lantaran orang-orang Yahudi itu. Perintahkan saja keseluruh negeri dalam kerajaan anda, supaya orang-orang Yahudi di negeri tersebut di bunuh.' Ketika itu di hadapakan kepada Heraclius seorang utusan raja Bani Ghasssan untuk menceritakan perihal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sehabis orang itu selesai bercerita, kemudian Heraclius memerintahkan semoga dia diperiksa, apakah dia berkhitan ataukah tidak. Seusai di periksa, ternyata memang dia berkhitam. Lalu di beritahukan orang kepada Heraclius. Heraclius bertanya kepada orang tersebut ihwal orang-orang Arab yang lainnya, di khitankah mereka ataukah tidak?' Dia menjawab; 'Orang Arab itu di khitan semuanya.' Heraclius berkata; 'inilah raja ummat, sesungguhnya dia telah terlahir.' Kemudian heraclisu berkirim surat kepada seorang sahabatnya di Roma yang ilmunya setarf dengan Heraclisu (untuk menceritakan perihal kelahiran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam). Sementara itu, ia meneruskan perjalanannya ke negeri Himsha, tetapi sebelum tiba di Himsha, jawaban surat dari sahabatnya itu telah tiba terlebih dahulu. Sahabatnya itu menyetujui pendapat Heraclius bahwa Muhammad telah lahir dan bahwa dia memang seorang Nabi. Heraclius kemudian mengundang para pembesar Roma supaya tiba ke tempatnya di Himsha, sehabis semuanya hadir dalam majlisnya, Heraclius memerintahkan supaya mengunci semua pintu. Kemudian dia berkata; 'Wahai bangsa rum, maukah anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau, akuilah Muhammad sebagai Nabi!.' Mendengar ucapan itu, mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan yang demikian, Heraclius jadi putus cita-cita yang mereka akan beriman (percaya kepada kenabian Muhammad). Lalu di perintahkannya semuanya untuk kembali ke tempatnya masing-masing seraya berkata; 'Sesungguhnya saya mengucapkan perkataan saya tadi hanyalah sekedar menguji keteguhan hati anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu.' Lalu mereka sujud di hadapan Heraclius dan mereka bahagia kepadanya. Demikianlah simpulan kisah Heraclius. Telah di riwayatkan oleh [Shalih bin Kaisan] dan [Yunus] dan [Ma'mar] dari [Az Zuhri].
Hadits Bukhari Bab Permulaan Wahyu
Hadits Shahih Bukhari no. 1 حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ، قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ، يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ ـ رضى الله عنه ـ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ " إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ "
Terjemahan Hadits shahih bukhari no.1
Telah menceritakan kepada kami [Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair] dia berkata, Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id Al Anshari] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Ibrahim At Taimi], bahwa dia pernah mendengar [Alqamah bin Waqash Al Laitsi] berkata; saya pernah mendengar [Umar bin Al Khaththab] diatas mimbar berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya lantaran dunia yang ingin digapainya atau lantaran seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya ialah kepada apa dia diniatkan'.
Hadits Shahih Bukhari no. 2
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ ـ رضى الله عنها ـ أَنَّ الْحَارِثَ بْنَ هِشَامٍ ـ رضى الله عنه ـ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَأْتِيكَ الْوَحْىُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ ـ وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَىَّ ـ فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ، وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِيَ الْمَلَكُ رَجُلاً فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ ". قَالَتْ عَائِشَةُ رضى الله عنها وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْوَحْىُ فِي الْيَوْمِ الشَّدِيدِ الْبَرْدِ، فَيَفْصِمُ عَنْهُ وَإِنَّ جَبِينَهُ لَيَتَفَصَّدُ عَرَقًا.
Terjemahan hadits shahih bukhari no. 2
Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Malik] dari [Hisyam bin 'Urwah] dari [bapaknya] dari [Aisyah] Ibu Kaum Mu'minin, bahwa Al Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: 'Wahai Rasulullah, bagaimana caranya wahyu turun kepada engkau?' Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Terkadang tiba kepadaku mirip bunyi gemerincing lonceng dan cara ini yang paling berat buatku, kemudian terhenti sehingga saya sanggup mengerti apa yang disampaikan. Dan terkadang tiba Malaikat mirip seorang pria kemudian berbicara kepadaku maka saya ikuti apa yang diucapkannya'. Aisyah berkata: 'Sungguh saya pernah melihat turunnya wahyu kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari yang sangat hambar kemudian terhenti, dan saya lihat dahi Beliau mengucurkan keringat.'
Hadits Shahih Bukhari no. 3
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ، أَنَّهَا قَالَتْ أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مِنَ الْوَحْىِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلاَّ جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلاَءُ، وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ ـ وَهُوَ التَّعَبُّدُ ـ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ، وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ، فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا، حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ، فَجَاءَهُ الْمَلَكُ فَقَالَ اقْرَأْ. قَالَ " مَا أَنَا بِقَارِئٍ ". قَالَ " فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ، ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ. قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ. فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ، ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ. فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ. فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ، ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ {اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ * خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ * اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ} ". فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَرْجُفُ فُؤَادُهُ، فَدَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ بِنْتِ خُوَيْلِدٍ رضى الله عنها فَقَالَ " زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي ". فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ، فَقَالَ لِخَدِيجَةَ وَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ " لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي ". فَقَالَتْ خَدِيجَةُ كَلاَّ وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَحْمِلُ الْكَلَّ، وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ. فَانْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ حَتَّى أَتَتْ بِهِ وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى ابْنَ عَمِّ خَدِيجَةَ ـ وَكَانَ امْرَأً تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعِبْرَانِيَّ، فَيَكْتُبُ مِنَ الإِنْجِيلِ بِالْعِبْرَانِيَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ، وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ ـ فَقَالَتْ لَهُ خَدِيجَةُ يَا ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنَ ابْنِ أَخِيكَ. فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ يَا ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَبَرَ مَا رَأَى. فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى صلى الله عليه وسلم يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا، لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ ". قَالَ نَعَمْ، لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلاَّ عُودِيَ، وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا. ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْىُ. قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَأَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الأَنْصَارِيَّ، قَالَ ـ وَهُوَ يُحَدِّثُ عَنْ فَتْرَةِ الْوَحْىِ، فَقَالَ ـ فِي حَدِيثِهِ " بَيْنَا أَنَا أَمْشِي، إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا، مِنَ السَّمَاءِ، فَرَفَعْتُ بَصَرِي فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، فَرُعِبْتُ مِنْهُ، فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ زَمِّلُونِي. فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ * قُمْ فَأَنْذِرْ} إِلَى قَوْلِهِ {وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ} فَحَمِيَ الْوَحْىُ وَتَتَابَعَ ". تَابَعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ وَأَبُو صَالِحٍ. وَتَابَعَهُ هِلاَلُ بْنُ رَدَّادٍ عَنِ الزُّهْرِيِّ. وَقَالَ يُونُسُ وَمَعْمَرٌ " بَوَادِرُهُ ".
Terjemahan hadits shahih bukhari no. 3
Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] berkata, Telah menceritakan kepada kami dari [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] dari ['Urwah bin Az Zubair] dari [Aisyah] -Ibu Kaum Mu'minin-, sesungguhnya dia berkata: 'Permulaaan wahyu yang tiba kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ialah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali tiba mirip cahaya subuh. Kemudian Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri, kemudian Beliau menentukan gua Hiro dan bertahannuts yaitu 'ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal untuk bertahannuts kembali. Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai alhasil tiba Al Haq dikala Beliau di gua Hiro, Malaikat tiba seraya berkata: 'Bacalah?' Beliau menjawab: 'Aku tidak bisa baca'. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan: Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat besar lengan berkuasa kemudian melepaskanku dan berkata lagi: 'Bacalah!' Beliau menjawab: 'Aku tidak bisa baca'. Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat besar lengan berkuasa kemudian melepaskanku dan berkata lagi: 'Bacalah!'. Beliau menjawab: 'Aku tidak bisa baca'. Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat besar lengan berkuasa kemudian melepaskanku, dan berkata lagi: (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah membuat insan dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah).' Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kembali kepada keluarganya dengan membawa kalimat wahyu tadi dalam keadaan gelisah. Beliau menemui Khadijah binti Khawailidh seraya berkata: 'Selimuti aku, selimuti aku!'. Beliau pun diselimuti hingga hilang ketakutannya. Lalu Beliau menceritakan insiden yang terjadi kepada Khadijah: 'Aku mengkhawatirkan diriku'. Maka Khadijah berkata: 'Demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu selamanya, lantaran engkau ialah orang yang menyambung silaturrahim.' Khadijah kemudian mengajak Beliau untuk bertemu dengan Waroqoh bin Naufal bin Asad bin Abdul 'Uzza, putra paman Khadijah, yang beragama Katolik di masa Jahiliyyah, dia juga menulis buku dalam bahasa Ibrani, juga menulis Kitab Bibel dalam Bahasa Ibrani dengan izin Allah. Saat itu Waroqoh sudah renta dan matanya buta. Khadijah berkata: 'Wahai putra pamanku, dengarkanlah apa yang akan disampaikan oleh putra saudaramu ini'. Waroqoh berkata: 'Wahai putra saudaraku, apa yang sudah kau alami'. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menuturkan insiden yang dialaminya. Waroqoh berkata: 'Ini ialah Namus, mirip yang pernah Allah turunkan kepada Musa. Duhai seandainya saya masih muda dan saya masih hidup dikala kau nanti diusir oleh kaummu'. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: 'Apakah saya akan diusir mereka?' Waroqoh menjawab: 'Iya. Karena tidak ada satu orang pun yang tiba dengan membawa mirip apa yang kau bawa ini kecuali akan disakiti (dimusuhi). Seandainya saya ada dikala insiden itu, pasti saya akan menolongmu dengan sekemampuanku'. Waroqoh tidak mengalami insiden yang diyakininya tersebut lantaran lebih dahulu meninggal dunia pada masa fatroh (kekosongan) wahyu. [Ibnu Syihab] berkata; telah mengabarkan kepadaku [Abu Salamah bin Abdurrahman] bahwa [Jabir bin Abdullah Al Anshari] bertutur ihwal kekosongan wahyu, sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ceritakan: 'Ketika sedang berjalan saya mendengar bunyi dari langit, saya memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah tiba kepadaku di gua Hiro, duduk di atas dingklik antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan dan pulang, dan berkata: 'Selimuti aku. Selimuti aku'. Maka Allah Ta'ala menurunkan wahyu: (Wahai orang yang berselimut) hingga firman Allah (dan berhala-berhala tinggalkanlah). Sejak dikala itu wahyu terus turun berkesinambungan.' Hadits ini juga diriwayatkan oleh [Abdullah bin Yusuf] dan [Abu Shalih] juga oleh [Hilal bin Raddad] dari [Az Zuhri]. Dan [Yunus] berkata; dan [Ma'mar] menyepakati bahwa dia mendapatkannya dari Az Zuhri.
Hadits Shahih Bukhari no. 4
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، قَالَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ أَبِي عَائِشَةَ، قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، فِي قَوْلِهِ تَعَالَى {لاَ تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ} قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُعَالِجُ مِنَ التَّنْزِيلِ شِدَّةً، وَكَانَ مِمَّا يُحَرِّكُ شَفَتَيْهِ ـ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَأَنَا أُحَرِّكُهُمَا لَكُمْ كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُحَرِّكُهُمَا. وَقَالَ سَعِيدٌ أَنَا أُحَرِّكُهُمَا كَمَا رَأَيْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يُحَرِّكُهُمَا. فَحَرَّكَ شَفَتَيْهِ ـ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى {لاَ تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ* إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ} قَالَ جَمْعُهُ لَهُ فِي صَدْرِكَ، وَتَقْرَأَهُ {فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ} قَالَ فَاسْتَمِعْ لَهُ وَأَنْصِتْ {ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ} ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا أَنْ تَقْرَأَهُ. فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بَعْدَ ذَلِكَ إِذَا أَتَاهُ جِبْرِيلُ اسْتَمَعَ، فَإِذَا انْطَلَقَ جِبْرِيلُ قَرَأَهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم كَمَا قَرَأَهُ.
Terjemahan hadits shahih bukhari no. 4
Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma'il] dia berkata, Telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Abu Aisyah] berkata, Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu 'Abbas] ihwal firman Allah Ta'ala: (Janganlah kau gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Alquran lantaran hendak cepat-cepat ingin (menguasainya).' Berkata Ibnu 'Abbas: 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat besar lengan berkuasa keinginannya untuk menghafalkan apa yang diturunkan (Al Qur'an) dan menggerak-gerakkan kedua bibir Beliau.' Berkata Ibnu 'Abbas: 'aku akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) kepada kalian sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukannya kepadaku'. Berkata Sa'id: 'Dan saya akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) kepada kalian sebagaimana saya melihat Ibnu 'Abbas melakukannya. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menggerakkan kedua bibirnya, Kemudian turunlah firman Allah Ta'ala: Janganlah kau gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Alquran lantaran hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya'. Maksudnya Allah mengumpulkannya di dalam dadamu (untuk dihafalkan) dan kemudian kau membacanya: 'Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu'. Maksudnya: 'Dengarkanlah dan diamlah'. Kemudian Allah Ta'ala berfirman: 'Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. Maksudnya: 'Dan Kewajiban Kamilah untuk membacakannya' Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam semenjak dikala itu bila Jibril 'Alaihis Salam tiba kepadanya, Beliau mendengarkannya. Dan bila Jibril 'Alaihis Salam sudah pergi, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membacakannya (kepada para sahabat) sebagaimana Jibril 'Alaihis Salam membacakannya kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam.
Hadits Shahih Bukhari no. 5
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، ح وَحَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ، وَمَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، نَحْوَهُ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ.
Terjemahan hadits shahih Bukhari no. 5
Telah menceritakan kepada kami [Abdan] dia berkata, telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Yunus] dari [Az Zuhri] dan dengan riwayat yang sama, telah menceritakan pula kepada kami [Bisyir bin Muhammad] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Yunus] dan [Ma'mar] dari [Az Zuhri] mirip lainnya berkata, telah mengabarkan kepada kami [Ubaidullah bin Abdullah] dari [Ibnu 'Abbas] berkata, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ialah insan yang paling lembut terutama pada bulan Ramadlan ketika malaikat Jibril 'Alaihis Salam menemuinya, dan ialah Jibril 'Alaihis Salam mendatanginya setiap malam di bulan Ramadlan, dimana Jibril 'Alaihis Salam mengajarkan Al Qur'an. Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jauh lebih lembut daripada angin yang berhembus.
Hadits Shahih Bukhari no. 6
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ، قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ، أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا سُفْيَانَ بْنَ حَرْبٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ هِرَقْلَ أَرْسَلَ إِلَيْهِ فِي رَكْبٍ مِنْ قُرَيْشٍ ـ وَكَانُوا تُجَّارًا بِالشَّأْمِ ـ فِي الْمُدَّةِ الَّتِي كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَادَّ فِيهَا أَبَا سُفْيَانَ وَكُفَّارَ قُرَيْشٍ، فَأَتَوْهُ وَهُمْ بِإِيلِيَاءَ فَدَعَاهُمْ فِي مَجْلِسِهِ، وَحَوْلَهُ عُظَمَاءُ الرُّومِ ثُمَّ دَعَاهُمْ وَدَعَا بِتَرْجُمَانِهِ فَقَالَ أَيُّكُمْ أَقْرَبُ نَسَبًا بِهَذَا الرَّجُلِ الَّذِي يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ فَقُلْتُ أَنَا أَقْرَبُهُمْ نَسَبًا. فَقَالَ أَدْنُوهُ مِنِّي، وَقَرِّبُوا أَصْحَابَهُ، فَاجْعَلُوهُمْ عِنْدَ ظَهْرِهِ. ثُمَّ قَالَ لِتَرْجُمَانِهِ قُلْ لَهُمْ إِنِّي سَائِلٌ هَذَا عَنْ هَذَا الرَّجُلِ، فَإِنْ كَذَبَنِي فَكَذِّبُوهُ. فَوَاللَّهِ لَوْلاَ الْحَيَاءُ مِنْ أَنْ يَأْثِرُوا عَلَىَّ كَذِبًا لَكَذَبْتُ عَنْهُ، ثُمَّ كَانَ أَوَّلَ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَنْ قَالَ كَيْفَ نَسَبُهُ فِيكُمْ قُلْتُ هُوَ فِينَا ذُو نَسَبٍ. قَالَ فَهَلْ قَالَ هَذَا الْقَوْلَ مِنْكُمْ أَحَدٌ قَطُّ قَبْلَهُ قُلْتُ لاَ. قَالَ فَهَلْ كَانَ مِنْ آبَائِهِ مِنْ مَلِكٍ قُلْتُ لاَ. قَالَ فَأَشْرَافُ النَّاسِ يَتَّبِعُونَهُ أَمْ ضُعَفَاؤُهُمْ فَقُلْتُ بَلْ ضُعَفَاؤُهُمْ. قَالَ أَيَزِيدُونَ أَمْ يَنْقُصُونَ قُلْتُ بَلْ يَزِيدُونَ. قَالَ فَهَلْ يَرْتَدُّ أَحَدٌ مِنْهُمْ سَخْطَةً لِدِينِهِ بَعْدَ أَنْ يَدْخُلَ فِيهِ قُلْتُ لاَ. قَالَ فَهَلْ كُنْتُمْ تَتَّهِمُونَهُ بِالْكَذِبِ قَبْلَ أَنْ يَقُولَ مَا قَالَ قُلْتُ لاَ. قَالَ فَهَلْ يَغْدِرُ قُلْتُ لاَ، وَنَحْنُ مِنْهُ فِي مُدَّةٍ لاَ نَدْرِي مَا هُوَ فَاعِلٌ فِيهَا. قَالَ وَلَمْ تُمْكِنِّي كَلِمَةٌ أُدْخِلُ فِيهَا شَيْئًا غَيْرُ هَذِهِ الْكَلِمَةِ. قَالَ فَهَلْ قَاتَلْتُمُوهُ قُلْتُ نَعَمْ. قَالَ فَكَيْفَ كَانَ قِتَالُكُمْ إِيَّاهُ قُلْتُ الْحَرْبُ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُ سِجَالٌ، يَنَالُ مِنَّا وَنَنَالُ مِنْهُ. قَالَ مَاذَا يَأْمُرُكُمْ قُلْتُ يَقُولُ اعْبُدُوا اللَّهَ وَحْدَهُ، وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَاتْرُكُوا مَا يَقُولُ آبَاؤُكُمْ، وَيَأْمُرُنَا بِالصَّلاَةِ وَالصِّدْقِ وَالْعَفَافِ وَالصِّلَةِ. فَقَالَ لِلتَّرْجُمَانِ قُلْ لَهُ سَأَلْتُكَ عَنْ نَسَبِهِ، فَذَكَرْتَ أَنَّهُ فِيكُمْ ذُو نَسَبٍ، فَكَذَلِكَ الرُّسُلُ تُبْعَثُ فِي نَسَبِ قَوْمِهَا، وَسَأَلْتُكَ هَلْ قَالَ أَحَدٌ مِنْكُمْ هَذَا الْقَوْلَ فَذَكَرْتَ أَنْ لاَ، فَقُلْتُ لَوْ كَانَ أَحَدٌ قَالَ هَذَا الْقَوْلَ قَبْلَهُ لَقُلْتُ رَجُلٌ يَأْتَسِي بِقَوْلٍ قِيلَ قَبْلَهُ، وَسَأَلْتُكَ هَلْ كَانَ مِنْ آبَائِهِ مِنْ مَلِكٍ فَذَكَرْتَ أَنْ لاَ، قُلْتُ فَلَوْ كَانَ مِنْ آبَائِهِ مِنْ مَلِكٍ قُلْتُ رَجُلٌ يَطْلُبُ مُلْكَ أَبِيهِ، وَسَأَلْتُكَ هَلْ كُنْتُمْ تَتَّهِمُونَهُ بِالْكَذِبِ قَبْلَ أَنْ يَقُولَ مَا قَالَ فَذَكَرْتَ أَنْ لاَ، فَقَدْ أَعْرِفُ أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ لِيَذَرَ الْكَذِبَ عَلَى النَّاسِ وَيَكْذِبَ عَلَى اللَّهِ، وَسَأَلْتُكَ أَشْرَافُ النَّاسِ اتَّبَعُوهُ أَمْ ضُعَفَاؤُهُمْ فَذَكَرْتَ أَنَّ ضُعَفَاءَهُمُ اتَّبَعُوهُ، وَهُمْ أَتْبَاعُ الرُّسُلِ، وَسَأَلْتُكَ أَيَزِيدُونَ أَمْ يَنْقُصُونَ فَذَكَرْتَ أَنَّهُمْ يَزِيدُونَ، وَكَذَلِكَ أَمْرُ الإِيمَانِ حَتَّى يَتِمَّ، وَسَأَلْتُكَ أَيَرْتَدُّ أَحَدٌ سَخْطَةً لِدِينِهِ بَعْدَ أَنْ يَدْخُلَ فِيهِ فَذَكَرْتَ أَنْ لاَ، وَكَذَلِكَ الإِيمَانُ حِينَ تُخَالِطُ بَشَاشَتُهُ الْقُلُوبَ، وَسَأَلْتُكَ هَلْ يَغْدِرُ فَذَكَرْتَ أَنْ لاَ، وَكَذَلِكَ الرُّسُلُ لاَ تَغْدِرُ، وَسَأَلْتُكَ بِمَا يَأْمُرُكُمْ، فَذَكَرْتَ أَنَّهُ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَعْبُدُوا اللَّهَ، وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَيَنْهَاكُمْ عَنْ عِبَادَةِ الأَوْثَانِ، وَيَأْمُرُكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالصِّدْقِ وَالْعَفَافِ. فَإِنْ كَانَ مَا تَقُولُ حَقًّا فَسَيَمْلِكُ مَوْضِعَ قَدَمَىَّ هَاتَيْنِ، وَقَدْ كُنْتُ أَعْلَمُ أَنَّهُ خَارِجٌ، لَمْ أَكُنْ أَظُنُّ أَنَّهُ مِنْكُمْ، فَلَوْ أَنِّي أَعْلَمُ أَنِّي أَخْلُصُ إِلَيْهِ لَتَجَشَّمْتُ لِقَاءَهُ، وَلَوْ كُنْتُ عِنْدَهُ لَغَسَلْتُ عَنْ قَدَمِهِ. ثُمَّ دَعَا بِكِتَابِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الَّذِي بَعَثَ بِهِ دِحْيَةُ إِلَى عَظِيمِ بُصْرَى، فَدَفَعَهُ إِلَى هِرَقْلَ فَقَرَأَهُ فَإِذَا فِيهِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ. سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى، أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الإِسْلاَمِ، أَسْلِمْ تَسْلَمْ، يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ، فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الأَرِيسِيِّينَ وَ{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلاَّ اللَّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ} قَالَ أَبُو سُفْيَانَ فَلَمَّا قَالَ مَا قَالَ، وَفَرَغَ مِنْ قِرَاءَةِ الْكِتَابِ كَثُرَ عِنْدَهُ الصَّخَبُ، وَارْتَفَعَتِ الأَصْوَاتُ وَأُخْرِجْنَا، فَقُلْتُ لأَصْحَابِي حِينَ أُخْرِجْنَا لَقَدْ أَمِرَ أَمْرُ ابْنِ أَبِي كَبْشَةَ، إِنَّهُ يَخَافُهُ مَلِكُ بَنِي الأَصْفَرِ. فَمَا زِلْتُ مُوقِنًا أَنَّهُ سَيَظْهَرُ حَتَّى أَدْخَلَ اللَّهُ عَلَىَّ الإِسْلاَمَ. وَكَانَ ابْنُ النَّاظُورِ صَاحِبُ إِيلِيَاءَ وَهِرَقْلَ سُقُفًّا عَلَى نَصَارَى الشَّأْمِ، يُحَدِّثُ أَنَّ هِرَقْلَ حِينَ قَدِمَ إِيلِيَاءَ أَصْبَحَ يَوْمًا خَبِيثَ النَّفْسِ، فَقَالَ بَعْضُ بَطَارِقَتِهِ قَدِ اسْتَنْكَرْنَا هَيْئَتَكَ. قَالَ ابْنُ النَّاظُورِ وَكَانَ هِرَقْلُ حَزَّاءً يَنْظُرُ فِي النُّجُومِ، فَقَالَ لَهُمْ حِينَ سَأَلُوهُ إِنِّي رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ حِينَ نَظَرْتُ فِي النُّجُومِ مَلِكَ الْخِتَانِ قَدْ ظَهَرَ، فَمَنْ يَخْتَتِنُ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ قَالُوا لَيْسَ يَخْتَتِنُ إِلاَّ الْيَهُودُ فَلاَ يُهِمَّنَّكَ شَأْنُهُمْ وَاكْتُبْ إِلَى مَدَايِنِ مُلْكِكَ، فَيَقْتُلُوا مَنْ فِيهِمْ مِنَ الْيَهُودِ. فَبَيْنَمَا هُمْ عَلَى أَمْرِهِمْ أُتِيَ هِرَقْلُ بِرَجُلٍ أَرْسَلَ بِهِ مَلِكُ غَسَّانَ، يُخْبِرُ عَنْ خَبَرِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا اسْتَخْبَرَهُ هِرَقْلُ قَالَ اذْهَبُوا فَانْظُرُوا أَمُخْتَتِنٌ هُوَ أَمْ لاَ. فَنَظَرُوا إِلَيْهِ، فَحَدَّثُوهُ أَنَّهُ مُخْتَتِنٌ، وَسَأَلَهُ عَنِ الْعَرَبِ فَقَالَ هُمْ يَخْتَتِنُونَ. فَقَالَ هِرَقْلُ هَذَا مَلِكُ هَذِهِ الأُمَّةِ قَدْ ظَهَرَ. ثُمَّ كَتَبَ هِرَقْلُ إِلَى صَاحِبٍ لَهُ بِرُومِيَةَ، وَكَانَ نَظِيرَهُ فِي الْعِلْمِ، وَسَارَ هِرَقْلُ إِلَى حِمْصَ، فَلَمْ يَرِمْ حِمْصَ حَتَّى أَتَاهُ كِتَابٌ مِنْ صَاحِبِهِ يُوَافِقُ رَأْىَ هِرَقْلَ عَلَى خُرُوجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَأَنَّهُ نَبِيٌّ، فَأَذِنَ هِرَقْلُ لِعُظَمَاءِ الرُّومِ فِي دَسْكَرَةٍ لَهُ بِحِمْصَ ثُمَّ أَمَرَ بِأَبْوَابِهَا فَغُلِّقَتْ، ثُمَّ اطَّلَعَ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ الرُّومِ، هَلْ لَكُمْ فِي الْفَلاَحِ وَالرُّشْدِ وَأَنْ يَثْبُتَ مُلْكُكُمْ فَتُبَايِعُوا هَذَا النَّبِيَّ، فَحَاصُوا حَيْصَةَ حُمُرِ الْوَحْشِ إِلَى الأَبْوَابِ، فَوَجَدُوهَا قَدْ غُلِّقَتْ، فَلَمَّا رَأَى هِرَقْلُ نَفْرَتَهُمْ، وَأَيِسَ مِنَ الإِيمَانِ قَالَ رُدُّوهُمْ عَلَىَّ. وَقَالَ إِنِّي قُلْتُ مَقَالَتِي آنِفًا أَخْتَبِرُ بِهَا شِدَّتَكُمْ عَلَى دِينِكُمْ، فَقَدْ رَأَيْتُ. فَسَجَدُوا لَهُ وَرَضُوا عَنْهُ، فَكَانَ ذَلِكَ آخِرَ شَأْنِ هِرَقْلَ. رَوَاهُ صَالِحُ بْنُ كَيْسَانَ وَيُونُسُ وَمَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ.
Terjemahan hadits shahih bukhari no. 6
Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman Al Hakam bin Nafi'] dia berkata, telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] telah mengabarkan kepadaku [Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud] bahwa [Abdullah bin 'Abbas] telah mengabarkan kepadanya bahwa [Abu Sufyan bin Harb] telah mengabarkan kepadanya; bahwa Heraclius mendapatkan rombongan dagang Quraisy, yang sedang mengadakan ekspedisi dagang ke Negeri Syam pada dikala berlakunya perjanjian antara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy. Saat singgah di Iliya' mereka menemui Heraclius atas undangan Heraclius untuk di diajak obrolan di majelisnya, yang dikala itu Heraclius bersama dengan para pembesar-pembesar Negeri Romawi. Heraclius berbicara dengan mereka melalui penerjemah. Heraclius berkata; 'Siapa diantara kalian yang paling erat korelasi keluarganya dengan orang yang mengaku sebagai Nabi itu?.' Abu Sufyan berkata; maka saya menjawab; 'Akulah yang paling erat korelasi kekeluargaannya dengan dia'. Heraclius berkata; 'Dekatkanlah dia denganku dan juga sahabat-sahabatnya.' Maka mereka meletakkan orang-orang Quraisy berada di belakang Abu Sufyan. Lalu Heraclius berkata melalui penerjemahnya: 'Katakan kepadanya, bahwa saya bertanya kepadanya ihwal lelaki yang mengaku sebagai Nabi. Jika ia berdusta kepadaku maka kalian harus mendustakannya.'Demi Allah, kalau bukan rasa malu akhir tudingan pendusta yang akan mereka lontarkan kepadaku pasti saya berdusta kepadanya.' Abu Sufyan berkata; Maka yang pertama ditanyakannya kepadaku tentangnya (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) adalah: 'bagaimana kedudukan nasabnya ditengah-tengah kalian?' Aku jawab: 'Dia ialah dari keturunan baik-baik (bangsawan) '. Tanyanya lagi: 'Apakah ada orang lain yang pernah mengatakannya sebelum dia?' Aku jawab: 'Tidak ada'. Tanyanya lagi: 'Apakah bapaknya seorang raja?' Jawabku: 'Bukan'. Apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah?' Jawabku: 'Bahkan yang mengikutinya ialah orang-orang yang rendah'. Dia bertanya lagi: 'Apakah bertambah pengikutnya atau berkurang?' Aku jawab: 'Bertambah'. Dia bertanya lagi: 'Apakah ada yang murtad disebabkan dongkol terhadap agamanya?' Aku jawab: 'Tidak ada'. Dia bertanya lagi: 'Apakah kalian pernah mendapatkannya dia berdusta sebelum dia memberikan apa yang dikatakannya itu?' Aku jawab: 'Tidak pernah'. Dia bertanya lagi: 'Apakah dia pernah berlaku curang?' Aku jawab: 'Tidak pernah. Ketika kami bergaul dengannya, dia tidak pernah melaksanakan itu'. Berkata Abu Sufyan: 'Aku mustahil memberikan selain ucapan mirip ini'. Dia bertanya lagi: 'Apakah kalian memeranginya?' Aku jawab: 'Iya'. Dia bertanya lagi: 'Bagaimana kesudahan perang tersebut?' Aku jawab: 'Perang antara kami dan dia sangat banyak. Terkadang dia mengalahkan kami terkadang kami yang mengalahkan dia'. Dia bertanya lagi: 'Apa yang diperintahkannya kepada kalian?' Aku jawab: 'Dia menyuruh kami; 'Sembahlah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan tinggalkan apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian. ' Dia juga memerintahkan kami untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim'. Maka Heraclius berkata kepada penerjemahnya: 'Katakan kepadanya, bahwa saya telah bertanya kepadamu ihwal keturunan orang itu, kau ceritakan bahwa orang itu dari keturunan bangsawan. Begitu juga pria itu dibangkitkan di tengah keturunan kaumnya. Dan saya tanya kepadamu apakah pernah ada orang sebelumnya yang menyampaikan mirip yang dikatakannya, kau jawab tidak. Seandainya dikatakan ada orang sebelumnya yang mengatakannya tentu kuanggap orang ini memalsukan orang sebelumnya yang pernah menyampaikan hal serupa. Aku tanyakan juga kepadamu apakah bapaknya ada yang dari keturunan raja, maka kau jawab tidak. Aku katakan seandainya bapaknya dari keturunan raja, tentu orang ini sedang menuntut kerajaan bapaknya. Dan saya tanyakan juga kepadamu apakah kalian pernah mendapatkan dia berdusta sebelum dia memberikan apa yang dikatakannya, kau menjawabnya tidak. Sungguh saya memahami, kalau kepada insan saja dia tidak berani berdusta apalagi berdusta kepada Allah. Dan saya juga telah bertanya kepadamu, apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah?' Kamu menjawab orang-orang yang rendah yang mengikutinya. Memang mereka itulah yang menjadi para pengikut Rasul. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah bertambah pengikutnya atau berkurang, kau menjawabnya bertambah. Dan memang begitulah kasus keyakinan hingga menjadi sempurna. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah ada yang murtad disebabkan murka terhadap agamanya. Kamu menjawab tidak ada. Dan memang begitulah keyakinan bila telah masuk tumbuh bersemi di dalam hati. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah dia pernah berlaku curang, kau jawab tidak pernah. Dan memang begitulah para Rasul mustahil curang. Dan saya juga sudah bertanya kepadamu apa yang diperintahkannya kepada kalian, kau jawab dia memerintahkan kalian untuk menyembah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan melarang kalian menyembah berhala, dia juga memerintahkan kalian untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim. Seandainya semua apa yang kau katakan ini benar, pasti dia akan menguasai kerajaan yang ada di bawah kakiku ini. Sungguh saya telah menduga bahwa dia tidak ada diantara kalian kini ini, seandainya saya tahu jalan untuk bisa menemuinya, tentu saya akan berusaha keras menemuinya hingga bila saya sudah berada di sisinya pasti saya akan cuci kedua kakinya. Kemudian Heraclius meminta surat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang dibawa oleh Dihyah untuk para Penguasa Negeri Bashrah, Maka diberikannya surat itu kepada Heraclius, maka dibacanya dan isinya berbunyi: 'Bismillahir rahmanir rahim. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya untuk Heraclius. Penguasa Romawi, Keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Kemudian daripada itu, saya mengajakmu dengan undangan Islam; masuk Islamlah kamu, maka kau akan selamat, Allah akan memberi pahala kepadamu dua kali. Namun jikalau kau berpaling, maka kau menanggung dosa rakyat kamu, dan: Hai andal kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menimbulkan sebagian yang lain sebagai Rabb selain Allah'. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah, bahwa kami ialah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).' Abu Sufyan menuturkan: 'Setelah Heraclius memberikan apa yang dikatakannya dan selesai membaca surat tersebut, terjadilah hiruk pikuk dan suara-suara ribut, sehingga mengusir kami. Aku berkata kepada teman-temanku sehabis kami diusir keluar; 'sungguh dia telah diajak kepada urusan Anak Abu Kabsyah. Heraclius mengkhawatirkan kerajaan Romawi.'Pada masa itupun saya juga khawatir bahwa Muhammad akan berjaya, hingga alhasil (perasaan itu hilang setelah) Allah memasukkan saya ke dalam Islam. Dan ialah Ibnu An Nazhur, seorang Pembesar Iliya' dan Heraclius ialah seorang uskup agama Nashrani, dia menceritakan bahwa pada suatu hari ketika Heraclius mengunjungi Iliya' dia sangat gelisah, berkata sebagian komandan perangnya: 'Sungguh kami mengingkari keadaanmu. Selanjutnya kata Ibnu Nazhhur, 'Heraclius ialah spesialis nujum yang selalu memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya kepadanya; 'Pada suatu malam ketika saya mengamati perjalanan bintang-bintang, saya melihat raja Khitan telah lahir, siapakah di antara ummat ini yang di khitan?' Jawab para pendeta; 'Yang berkhitan hanyalah orang-orang Yahudi, janganlah anda risau lantaran orang-orang Yahudi itu. Perintahkan saja keseluruh negeri dalam kerajaan anda, supaya orang-orang Yahudi di negeri tersebut di bunuh.' Ketika itu di hadapakan kepada Heraclius seorang utusan raja Bani Ghasssan untuk menceritakan perihal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sehabis orang itu selesai bercerita, kemudian Heraclius memerintahkan semoga dia diperiksa, apakah dia berkhitan ataukah tidak. Seusai di periksa, ternyata memang dia berkhitam. Lalu di beritahukan orang kepada Heraclius. Heraclius bertanya kepada orang tersebut ihwal orang-orang Arab yang lainnya, di khitankah mereka ataukah tidak?' Dia menjawab; 'Orang Arab itu di khitan semuanya.' Heraclius berkata; 'inilah raja ummat, sesungguhnya dia telah terlahir.' Kemudian heraclisu berkirim surat kepada seorang sahabatnya di Roma yang ilmunya setarf dengan Heraclisu (untuk menceritakan perihal kelahiran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam). Sementara itu, ia meneruskan perjalanannya ke negeri Himsha, tetapi sebelum tiba di Himsha, jawaban surat dari sahabatnya itu telah tiba terlebih dahulu. Sahabatnya itu menyetujui pendapat Heraclius bahwa Muhammad telah lahir dan bahwa dia memang seorang Nabi. Heraclius kemudian mengundang para pembesar Roma supaya tiba ke tempatnya di Himsha, sehabis semuanya hadir dalam majlisnya, Heraclius memerintahkan supaya mengunci semua pintu. Kemudian dia berkata; 'Wahai bangsa rum, maukah anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau, akuilah Muhammad sebagai Nabi!.' Mendengar ucapan itu, mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan yang demikian, Heraclius jadi putus cita-cita yang mereka akan beriman (percaya kepada kenabian Muhammad). Lalu di perintahkannya semuanya untuk kembali ke tempatnya masing-masing seraya berkata; 'Sesungguhnya saya mengucapkan perkataan saya tadi hanyalah sekedar menguji keteguhan hati anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu.' Lalu mereka sujud di hadapan Heraclius dan mereka bahagia kepadanya. Demikianlah simpulan kisah Heraclius. Telah di riwayatkan oleh [Shalih bin Kaisan] dan [Yunus] dan [Ma'mar] dari [Az Zuhri].
0 Response to "Hadits Shahih Bukhari Wacana Permulaan Wahyu"